Posts Subscribe to (PUT YOUR BLOG NAME HERE)Comments

4.5.08

ISLAM BUKAN AGAMA BANCI

Oleh Penyair Butut Tuk saudara-saudaraku yang terasing di luar sana. Tertekan, tertindas, terfitnah, atau bahkan terancam nyawanya. Tulisan ini lahir untukmu, sebagai kabar gembira bagi kalian para pejuang-Nya. Dan sebagai kabar buruk, bagi siapa yang mengingkari atau menjual ayat-ayat-Nya Tabiat Dien Bernama Islam Islam. Agama ini dilahirkan dalam keadaan tertolak, terasing, dan terkucilkan. Itulah yang dirasakan Rasul dan para sahabat (sebuah kelompok kecil) ketika berjuang mendakwahkan agama ini. Sebab Islam adalah agama revolusioner, yang menghinakan dan memberontak terhadap hukum-hukum yang dibuat manusia—yang membuat manusia sebagai budak atas kepentingan segolongan manusia lainnya. Menghapus perbudakan, budaya hewani, sistem ekonomi ribawi yang menjerat leher rakyat. Serta berhala-berhala yang mengekang akal merdeka. Itulah sebab Islam sangat dimusuhi. Andai kata Islam cuma sekedar membawa ibadah ritual, apa mungkin sistem jahiliyah saat itu merasa amat terancam cuma karena doa dan sujud?? Islam adalah agama aksi! Akidah, Shalat dan doa menuntut aksi riil dan gebrakan terhadap semua bentuk kekufuran. Itulah yang membuat sistem jahiliyah saat itu belingsatan mencoba melawan gerakan pembebasan. Sebab di mana pun dan kapan pun, sebuah sistem diktator akan selalu menekan pihak oposisi. Mengaitkan dengan realitas fakta hari ini. Kapitalisme neo-liberal itulah sistem zahiliyah modern. Mensistematisasi riba sebagai instrumen utama ekonomi. Perbudakan mayoritas manusia dengan pembuatan hukum-hukum atas standar minoritas orang lewat demokrasi. Budaya hewani yang sekarang bernama materialisme—memaksa manusia untuk hidup cuma demi memenuhi kebutuhan perut dan bawah perut. Hingga prostitusi, legal pornografi, narkotik dan alkohol, menjadi profesi. Hari ini pula, Romawi mewujud menjadi Amerika Serikat, sebuah dinasti besar yang kokoh di luar, namun keropos di dalam. Bani Yahudi, sebuah kelompok pengkhianat telah sekarang berbentuk negara dengan nama Israel. Kalimat klise ”Sejarah pasti berulang” sepertinya tak terbantahkan. Islam politik yang bertujuan mewujudkan peradaban Islam sebagai bentuk pembebasan dunia atas jahiliyah modern ini dianggap teroris dan radikal, dengan terasing dan tertolak. Sebab sejarah berulang pula, maka tugas kita hari ini bertahan dari tekanan, masalah, siksaan, serangan, dan terus berjuang demi terwujudnya kembali peradaban Islam. Intinya, fokus kita bukan pada seberapapun masalah dan resiko yang menghadang. Tetapi pada bagaimana kita menjalani proses ini. Dari memetakan sebab (program), membulatkan tekad, dan berjuang demi mendapatkan akibat (kemenangan). Kausalitas ini mesti kita patuhi, pegang dengan optimis (bahwa izzul Islam bukanlah kemustahilan). Dengan kausalitas ini pula, kita belajar menjadi muslim yang tidak hanya sekedar progressif dan punya daya dobrak hebat; namun visioner, konseptual, dan paham betul fase-fase yang harus ia lewati dalam mendapatkan kemenangan. Sebab muslim bukan pribadi yang fatalis (menerima keadaan dan pasrah), pribadi yang akan berkata ”peduli setan dengan resiko dan masalah yang menghadang”, pribadi yang cerdas dan militan dalam bergerak, sebab amanah seorang muslim adalah pentauhidan Allah semata-mata. Dan tauhid itu mewujud dalam pembebasan yang revolusioner, bahwa dunia mesti tunduk dalam hukum SyariahNya. Rasulullah pula yang mengajari kita, bahwa realitas fakta bukan sumber hukum. Di mana seorang muslim akan menyesuaikan idealismenya dengan realitas, sehingga tidak bertabrakan, begitukah? Tidak! Justru, seorang muslim akan berusaha realitas itu sesuai dengan kehendak idealismenya, mencoba merubah realitas itu, sebusuk apa pun dan seberat apa pun. Moderat—Genre Pemikiran Islam yang Kompromistis Moderat adalah sebuah genre pemikiran yang memoderasi dan menerima nilai-nilai luar sebagai bentuk toleransi (kadang mereka lebih toleran pada nilai luar, daripada nilai Islam sendiri). Mengganggap Barat yang telah menjajah Islam dan membantai anak-anaknya sebagai teman dialog. Sebegitu pengecutkah atau memang bodohkah mereka? Moderat—dan juga liberal—pula yang mensosialisasikan nilai-nilai relativitas. Bahwa kebenaran bersifat nisbi. Bahwa ruang abu-abu tempat kita hari ini hidup dan mati. Padahal ruang abu-abu yang akan membuat manusia terasing, bingung, dan tidak punya sikap dan identitas diri saat mengarungi kehidupan. Padahal Rasul dan para sahabat berjuang mati-matian demi menjadikan agama ini sebagai furqan dalam kehidupan. Pembeda hitam dan putih. Benar dan salah. Hingga hidup menjadi sebuah pilihan yang jelas. Menjadi pribadi yang berpijak pada kebenaran atau justru menjadi setan berwujud manusia. Apa orang-orang moderat dan liberal ini tidak belajar menghargai kerja keras Rasul dan para sahabatnya? Cara berpikir dikotomis pula yang selalu mereka pakai saat berargumen. Seolah-olah saat menolak sikap moderat, muslim menjadi pribadi yang tidak bertoleransi. Islam menjadi wajah yang sangar. Penarikan kesimpulan yang sempit dan menyesatkan. Tuk Mereka Para Pejuang Dalam Tekanan Ingatkah kita saat Rasul dan para sahabat harus hijrah dari tanah airnya sendiri, rasul yang dilempari batu dan dihina orang gila, keluarga Yasir yang disiksa hingga mati, dan berbagai perang yang mereka lewati, hingga hari ini kita mengagungkan Rasul dalam berbagai seremonial, namun anehnya tak pernah berani terjun ke jalan untuk melawan sistem jahiliyah ini. Sebuah paradoks? Untuk mereka mereka yang sedang berjuang dan kelelahan hingga hampir lari atau mencoba berkompromi. Ingatlah al-Maidah ayat 54 yang berbunyi ”Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya...” Berarti, jika saja pejuang-pejuang Islam lari, tak ada satu pun mudharat yang dapat kita berikan pada Allah. Justru kita akan digantikan dengan barisan pejuang yang lebih kuat dan lebih mencintai-Nya. Wahai semua pejuang di luar sana, maukah kita digantikan?? Maukah kita dianggap letoy dan kurang kadar mencintai-Nya?? Tidak bacakah pula kita akan ayat 7 dan 8 surat Muhammad yang berbunyi : ”Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong dan meneguhkan kedudukanmu”. Lalu apakah kita masih punya alasan untuk takut dan berpikir kalah? Padahal Allah telah berjanji akan menolong kita, janji siapakah yang tak pernah ingkar? Ayat 8 berbunyi, ”Orang-orang kafir, maka celakalah mereka, dan Allah menghapus segala amalnya”. Padahal Allah sudah menghinakan para musuh dien ini, lalu apakah kita masih punya alasan untuk takut pada musuh dien ini? Ancaman siapakah yang paling menakutkan? Namun, anda bisa saja menyangkal dan tidak percaya dengan tulisan ini, dengan syarat: ANDA MURTAD ATAU TIDAK LAGI PERCAYA PADA QUR’AN. Sekian.

Categories



Widget by Scrapur

0 Testi' a Coment-4:

 
Dark Side Blogger Template Copyright 2009 - The-Brontak'S is proudly powered by Blogger.com Edited By Belajar SEO